SERI 2
A Little Piece of Peace
By: yosa
Part. 1
Perjalanan ke rumah dihadapi dengan tanda tanya. Iant hanya terheran-heran dengan apa yang dia alami ini. ‘mungkinkah mimpi jadi kenyataan’, gumannya. Di jalan, Iant hanya melamun memikirkan hal itu. Memandangi pohon yang terlewat dengan cepat, bagaikan kereta pohon yang berjalan kencang. Diterpa angin kota ang panas, pandangan Iant kosong. Teman-temannya heran melihat tingkah teman satunya itu. Iant hanya memandag keluar dari jendela disangga dengan tangan kanannya. Dalam lamunannya, iant mendapat penglihatan saat dia akan mati suri selama 2 hari di dunia nyata. Pikirannya terbang entah kemana sampai dia dikejutkan oleh very.
“Yan, ngapain lo mandang keluar terus”, tanya Very.
“Nggak ngapa-ngapain kok, gue Cuma gi merenung aja”, jawab Iant setelah pecah dari lamunannya.
“Nglamuni sapa lo, jangan-jangan yang ada disamping gue ya”, jawab Putri sambil nyengir kea rah Lia. Kontan semuanya tertawa, pipi mulus Lia pun lama-lama berubah merah. Iant hanya tersenyum melihat tingkah teman-temannya, dan karena tidak ingin menyakiti perasaan Lia yang menaruh harapan padanya, Iant hanya berkata,”Yaaaah, begitulah”. Sambil nyengir nengok kebelakang.
Tidak lama, Honda Jazz merah itupun masuk ke pekarangan rumah Iant. Berhenti tepat di depan pintu masuk. Disana, sudah berdiri kedua orang tua Iant, Pak. Arya sama Bu. Tuti. Melihat mereka berdua Iant sangat bahagia, tanpa piker panjang, dia keluar dari mobil dan memeluk kedua orang tuanya. Orang tuanya sangan khawatir akan Iant, tapi saat ada tugas di luar kota, ayahnya mempercayakannya pada teman-temannya, beLiau percaya bahwa temannya adalah orang terbaik dalam hidup Iant.
“Pa, ma”, kata Iant setelah melepas pelukannya.
“Ada apa Yan”, jawab Mama.
“Maafin Iant kalo Iant pernah buat salah”, Iant meneteskan air mata setelah mengatakan kata tersebut. Teman-temannya pada sesenggrukan melihat drama realita tersebut.
“Iya Yan, papa sama mama maafin kok”, kata papanya lembut.
“Makasih, eh, katanya tugas di luar kotanya seminggu. Kok dah pulang?”.
“Kami sampai rumah tadi pagi, mama salut melihat teman-temanmu yang menjaga rumah tetap bersih, kami mengkhawatirkanmu disana, dan hampir saja pekerjaan papamu kacau gara-gara memikirkan kamu, untung ada teman-temanmu”, mama menunjuk barisan di belakang Iant. Semuanya nyengir.
“Ayo semuanya masuk, mama dah buatin Es Buah”, ajak mama. Semuanya masuk ke dalam tak terkeculi Iant. Anak dengan balutan perban di kepalanya dan dadanya itu hanya berjalan perlahan mengingat-ingat kejadian seminggu yang lalu. Tiba-tiba kepalanya sakit, sakit sekali, dan dia ambruk seketika itu juga. BRUK!!
Lia yang pertama melihatnya berlari menghampirinya, “Yaan, kenapa kamu….bangun Yan, bangun”, teriak Lia histeris.
Serempak, semuanya nengok ke belakang. Melihat Iant yang sudah ditopang oleh Lia, mereka berlari menghampirinya dan membawanya ke kamarnya. Dibaringkannya Iant di kasurnya. Teman-teman dan orang tuanya sangat khawatir akan kondisi Iant. Tubuhnya lemas, tetapi hanya pingsan. Lia yang duduk disamping Iant menangis sambil memegang tangan Iant yang muali dingin.
“Yan, kamu baru nyampe rumah. Kenapa jadi gini..hiks..”, Lia menelungkup di perut Iant.
Mamanya yang melihat keadaan anaknya menangis di pundak suaminya. Sedangan teman-temannya hanya tertunduk lemas.
“Apakah kau sudah memanggil dokter?” tanya Putri.
“Sudah, tapi di datang satu jam lagi, disana ada pasien kritis”, jawab Andre sambil memegang handphone nya.
“Tapi disini juga kritis!!” bentak Lia berurai air mata. Mamanya mendekati Iant dan memegang tangannya memeriksa denyut nadinya. Kemudian menghampiri Lia,
“Nak, apa kamu kekasih Iant?”.
“Iya Tan, aku khawatir dengan keadaan Iant”, Lia tetap menelungkup.
Mamanya mengusap-usap punggung Lia, “Sudahlah jangan sedih. Iant hanya pingsan karena kepalanya masih sakit. Tante juga khawatir dengan keadaannya”, kata mama menenangkan Lia yang masih sedih.
Lama-kelamaan Lia mulai tenang.
“Ya’, yuk kembali ke ruang tamu”, ajak Nita.
“Ntar aja, kaLian kesana dulu aku mau jagain Iant”.
“Sudah, sudah, biarkan Lia berdua dulu sama Iant, ayuk ke bawah dulu”, ajak mama.
Kemudian mereka kembali ke ruang tamu, tetapi Lia tetap menemani Iant yang sedang terpejam di kasurnya. Lama-kelamaan, mata Lia mulai berat, semakin berat dan tertidur di dada Iant.
Hangat.
Lia merasakan kehagatan yang dia inginkan. Terbangun. Ada usapan hangat di rambutnya, diangkat kepalannya menghadap Iant. Dia melihat orang yang dicintainya tersenyum kepadanya, tak kuasa air matanya keluar menetes.
“Kenapa nangis, aku nggak mau lihat kamu sedih”.
“Kamu yang bikin aku sedih, baru masuk rumah udah pingsan. Makannya jangan sok kuat”, kata Lia memandang wajah Iant yang masih lemas.
“Bukannya sok kuat, aku cuma pingsan karena kepalaku sakit ngingat-ngingat kejadian seminggu lalu”.
“Ya udah ra, jangan diinget-inget. Aku nggak mau kehilangan kamu”, Lia mendekap erat Iant. Kata-katanya itu membuat Iant meneteskan air mata, ’terima kasih Tuhan, Engkau telah memberikan seseorang yang tepat buatku, terima kasih’.
“Ayo turun, aku mau kumpul sama temen-temen”, ajak Iant.
“Kamu masih sakit Yan, jangan maksain diri”, pinta Lia.
“Aku dah nggak apa apa kok Sayang”, Iant tersenyum mengatakan kata itu.
Baru sekali ini Iant memanggilnya dengan kata ‘sayang’. Ia hanya terpaku menatap wajah Iant.
Mendekat.
Semakin dekat.
Tiba-tiba pintu dibuka, kontan Iant dan Lia melihat yang membuka pintu.
“Wah maaf gue ganggu…..Hahahaha. maaf maaf. Ya udah lanjutin lagi”, kata Putri sambil senyam-senyum.
“Ngapain sih lo put, ngganggu aja sukanya, kao pengen sama komodo sana”, kata Iant agak marah, tiba-tiba kepalanya pusing.
“Aouch”, Iant memegang kepalanya.
“Napa Yan, kepalamu sakit lagi ya. Put, lo pergi aja ah, jangan ganggu, jangan bilang kalo Iant udah bangun”.
“Iya-iya Li, lanjutin aja. Bye”. Putri mulai turun meninggalkan ruangan.
Lia menatap Iant kembali. Mendekat. Semakit dekat. Dan akhirnya keduanya mendapatkan First Kiss mereka.
“Li, makasih ya”.
“Iya Yan, aku juga makasih”, keduanya saling mendekap.
TAPI….
Tiba-tiba pengarang mendapat kritikan dari Andre.
“Woi pengarang, ni chapter judulnya A Little Piece of Piece, napa ada adegan first kiss segala gag baek buat anak-anak”, protes Andre.
“Eh, ya terserah gue lah, gue yang buat. Lagian yang punya konsep kan gue napa lo ikut ikut, jangan-jangan lo mau juga ya dikasih first kiss”.
“HAH!!”, teriak Andre.
“Ada apa!!”.
“Dari mana lo tau. Hahahaha. Tau aja kemauan gue”, Andre cengar-cengir.
“Gue yang buat karakter elo, jadi ya tahu lah. Udah, lo kembali aja ke ruang tamu. Ngakunya ke kamar mandi. Gag taunya ngintip orang buat naskah”.
“Tapi gue kasih adegan tu ya”,telunjuk Andre teracung ke muka pengarang.
“Gampang”.
“Ya udah, selamat bekerja”, kata Andre kemudian ngacir ke ruang tamu.
Iant dan Lia Cuma geleng-geleng aja melihat tingkah pengarangnya.
“Ngapain geleng-geleng, cepet lanjut”.
Kedua mata saling memandang,
“Say, ke bawah aja yuk. Aku mau kumpul”, desak Iant.
“Kamu bener mau ke bawah Say, kamu masih belum kuat”.
“Nggak apa apa, dari pada aku dikamar terus”, pinta Iant.
“Iya deh, tapi kalo nggak kuat bilang ya”.
“Iya sayang”, Iant mengelus rambut Lia, kemudian mengecupnya lembut.
Kemudian keduanya kembali ke ruang tamu, Iant berjalan teratatih-tatih. Tangan kirinya memegang kepala yang masi ‘senut-senut’. Tangan yang kanan menggandeng tangan Lia yang lembut. Berjalan menuruni tangga dari kamarnya. Teman-temannya kaget melihat iant sudah menuju ke ruang tamu.tapi si putri hanya cengar cengir tak berarti.
“Yan, kalo belum sembuh jangan dipaksain keluar, ntar tembah parah loh”. Nita berdiri hendak membantu Lia menyangga iant, tapi Lia menolak. Nita tahu maksud Lia, dia hanya menganggu kemudian duduk kembali.
Iant duduk di kursi bersama-sama dengan Lia.
“Teman-teman”. Iant memanggil teman-temannya yang sedang tegang. Sebelumnya iant tahu dari penglihatannya jika dia akan mati suri. Dan hanya ingin berpesan pada temannya. “jika aku pergi untuk ‘sementara’ , aku ingin kaLian merubah wilayah kita ini menjadi tentram, damai, dan indah. Walau hanya dari satu bagian keluarga kita. Aku ingin melihatnya ketika aku hidup nanti”, katanya dengan kerlingan air mata.
“Mak, maksud lo Yan?” very tak mengerti.
“Gue akan pergi meninggalkan kaLian untuk sementara”.
“lo mau pergi ke luar kota?”
“lebih tepatnya jika kaLian menyaksikan senndiri” iant melangkah menuju kamarnya. Teman-temannya dan orang tuanya mengikutinya di belakang. Panic, tegang, campur aduk di wajah mereka.
Iant mulai berbaring rileks di ranjang, Lia menghampirinya dan memegang tangannya,
“Yan, jangan ninggalin aku yaan”, isak tangis terdengar dari mulut Lia.
“sudahlah Yaa, aku hanya pergi sebentar”, senyum iant menenangkan Lia yang sedih.
“saat ini, dari satu menit aku akan meninggalkan kaLian”, kata iant dengan terpejam.
55 detik…
“Yaan,, kamu baru aja pulang mengapa jadi gini naak…hiks…hiks’’, isak ibunya di pelukan papanya.
45 detik…
“Yaan, bangun… jangan kayak gitu yaaaan”, teriak putri
Tinggal 30 detik…….
Very dan Andre hanya diam, menerima apa yang ada….
20 detik…
Suasana sunyi, dipenuhi isak tangis yang menderu….
10 detik….
Di sepuluh detik itu, iant mengucapkan kalimat terakhirnya.
“semuanya…. Selamat tinggal, tunggu aku kembali ya”, tangan iant membiru dan dingin….
0 detik….
Isak tangis mulai terdengar dari ruangan itu….. Semua teman-temannya tak rela melepaskan temannya alau hanya sementara. Iant melihat tubuhnya yang tak bernyawa itu terbaring lemah diranjang.
(Bersambung dulu ya gan.....)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar