berisi tentang tempat2 horror disemarang dan cerita dibaliknya.
Chapter 2. A little piece of History
“Woi,
angkat lagi!” teriak Parman mandor bangunan. Pada masa ini, gedung C masih
dalam tahap penyelesaian. Sudah mencakup 5 lantai, kurang genting pada bagian
atas.
“Segini
cukup?!” teriak Usman, kuli bangunannya yang sedang memasang kayu untuk atap.
“Oke!”.
***
Gedung
C adalah gedung baru di Kampus. Hanya saja setelah pembangunannya selesai
seratus persen. Tidak ada yang meruwat gedung itu. Atau dalam kata lain,
belum ada selamatan. Sehingga,
gedung C yang sudah megah dengan lima lantai itu bagaikan rumah mewah untuk
para penunggu pohon dan parkiran disamping kantin, menyebabkan gedung c
memiliki energi negatif yang sangatlah banyak.
Hingga
tiba kejadian pertama saat Gedung ini dipasang sebuah lift.
Pada
Selasa Kliwon, pagi itu para pekerja sudah berkumpul untuk membangun sebuah
lift pada gedung C.
Seperti
yang dulu, Parman bertugas sebagai mandor untuk memantau pembangunan.
Bambu
demi bambu telah dirakit menjadi pijakan-pijakan yang kuat. Didirikan dari
lantai satu hingga lantai dua, sekitar 10-15 meter.
Pengeboran
lantai dijalani dengan manual. Mulai lantai satu untuk membuat pondasi dan
tali. Kemudian lantai dua.
Pada
saat lantai dua ini, terjadi insiden pertama yang terjadi di gedung C.
Usman,
perlahan-lahan tetapi dengan mantap memukulkan palunya untuk membuat lubang di
lantai 3. tanpa membawa pengamanan apa-apa, pecahan tembok masuk ke matanya,
membuatnya tak seimbang.
AAAAAAAA.
KKRAK!!. Dan jatuh tepat di lobang pondasi lift melewati lubang di lantai 2.
Darah
segar mengalir dari kepalanya, tangan dan kakinya patah. Tulangnya yang putih terlihat mencuat dari
tangan kirinya.
HOEEEKKK.
Seorang pekerja muntah dan pingsan melihat keadaan temannya yang mengenaskan.
Tidak
beberapa laama, polisi datang mengamankan tempat dan membawa Usman untuk
diperiksa.
Tubuhnya
dimasukan dalam kantong mayat. Dan diangkat oleh derekan pasien.
Tetapi
dari pojok ruangan, sepasang mata merah memandangi tubuh yang sudah dibungkus
oleh kantong mayat itu.
Perlahan
dia mendekat. Menembus tubuh para pekerja. Hingga tepat berada di depan mayat Usman.
Tangannya yang biru menembus kantong itu, diam, lalu di tarik kembali.
Dia
memuatar, kembali ke dalam. Sekali lagi menembus para pekerja. Dan kembali ke
tempatnya yang semula.
Hanya
saja, di tempat dia berdiri. Ada suatu sosok yang menemaninya dengan tubuh
lunglai.
Usman.
***
“Kenapa
mukamu pucat Rud?”
“Eh.
Nggak, nggak apa-apa. Aku pulang duluan ya. Badanku jadi nggak enak. Ijinin
sama atasan ya nanti, urusannya biar aku yang tanggung,” kaya Rudi kemudian
mengambil tasnya dan ngelunyur keluar meninggalkan gedung C.
‘Aneh,’
itu batin Erwin sambil memegang senternya.
Tak
terasa dari sudut ruangan dari samping lift, sesosok makhluk berbaju putih
memandangnya dengan mata yang mencucurkan darah dan mulut yang menyeringai.
Tangannya yang bergetar pelan itu memegang suatu kertas putih yang bernoda
darah di salah satu sisinya. Kabur, buram, hanya tereja dua kata. ‘TOLONG AKU.’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar